Puasa bersama HTI di Jogjakarta
Puasa Ramadan pastilah disambut dengan meriah. Kemeriahan itu juga bisa dilihat dari berbagai carang yang orang lakukan untuk meramaikannya. Mulai dari acara tradisi seperti Padusan hingga TV yang lebih sering menayangkan iklan sirup.
Bulan Ramadhan yang mulia adalah bulan saat TOA masjid memiliki jadwal yang semakin padat. Saat bulan lain hanya digunakan adzan dan sesekali pengumuman berita duka, saat bulan puasa semakin bertambah. Dari tadarus al-qur’an hingga sekedar untuk bangunin orang sahur.
Namun bagi Laskar HTI (Hizbut Takjil Indonesia) menjalani puasa Ramadhan di Jogjakarta memiliki agenda tersendiri. Menjelang Ramadhan para anggota HTI yang kebayakan adalah anak perantau dan anak kos biasanya terjangkit penyakit Home Sick alias sakit kangen rumah yang sedang mewabah.
Semua mendadak ingin pulang. Penyakit ini mayoritas dialami orang mahasiswi yang jauh dari luar pulau jawa dan memang jarang pulang. Kalau yang laki-laki sama saja. Tapi bedanya mereka sedikit jaim untuk nangis di depan teman yang lain. :)
Baca juga: Wes Duwe Munyuk
Laskar HTI Jogja
Puasa pertama dan malam tarawih berjamaah, yang namanya semangat masih seperti kerupuk hangat baru selesai digoreng. Gimana tidak, dengan sengaja para laskar sudah memetakan masjid untuk manjadi pusat kegiatan.
Pemetaan dan pemantauan sudah dilakukan dari sebelum masuk bulan puasa. Untuk memilih masjid sebagai pusat kegiatan para anggota HTI (Hizbut Takjil Indonesia) ini memiliki kriteria yang cukup ketat sesuai dengan Qonun dan Dustur HTI. Hal ini tentu dilakukan untuk kelancaran agenda HTI.
Kriteria pertama, memilih masjid dengan penceramah yang muda dan kompeten. Dalam kriteria kami, perncermah yang kompeten itu adalah yang mengerti keinginan para jemaah yang malas shalat lama-lama. Hahaha maaf maklum ya. Anak kosan ya memang begitu.
Kedua, masjid dengan shalat tarawih yang khusu’ dengan hitungan raka’at yang sesuai Qonun dan Dustur HTI. Biasanya setelah beberapa hari, laskar kami sudah bisa memetakan masjid. Karena yang kita cari adalah masjid dengan kriteria khusus. Masjid dengan hitungan rakaat Muhammadiyah tapi dengan kecepatan bacaan ala NU. Kami biasanya menyebutnya masjid Nahdhatul Muhammadiyah. :) nah masjid yang Nahdhatul Muhammadiyah itu biasanya raka’at shalat Tarawih 8 rakaat dan witir 3 rakaat dan dengan bacaan ala NU yang pendek-pendek dan cepat selesai biasanya.
Baca Juga: Ramadhan Journey
Ketiga, adalah masjid yang dekat dengan kosan mahasiswi. Kriteria ini menjadi penting karena, selain saban malam dapat melihat para bidadari kosan lagi turun dari kayangan dan sengaja menyapa para pangeran kosan yang lagi bosan, ini juga berkaitan dengan semangat laskar agar tidak loyo pada pertengahan sampai akhir bulan puasa.
Laskar HTI kami biasanya sengaja pulang telat dari masjid demi bisa pulang sambil liatin para bidadari pulang ke kayangan. Siapa tau ada selendang mereka yang tertinggal. Namun sebagian masih tetap dimasjid sambil tadarus bersama sambil makan aneka gorengan setelahnya.
Dan kriteria keempat adalah kriteria paling wajib, yaitu masjid yang menyediakan takjil gratis. Di Jogja, yang dikatakan dengan Kota Seribu Takjil, hampir setiap masjid menyediakan takjil gratis menjelang buka puasa. Sehingga untuk hal ini Laskar HTI tidak perlu repot. Namun ada skala prioritas untuk masalah takjil ini. Para Laskar akan lebih memprioritaskan masjid yang meyediakan takjil gratis dengan menu lengkap (nasi kotak+kolak+Teh) dan tanpa ada ceramah kultum sebelum buka puasa.
Baca Juga: Wallada: Romeo Juliet dari Negeri Andalusia
Nah hal ini sangat prioritas. karena biasanya para jamaah disuguhi makan sebelum melaksanakan shalat maghrib. dalam Qaidah HTI itu lebih baik makan ingat shalat dari pada Shalat ingat makan. saya rasa banyak yang setuju dengan teori ini.
Maka dari hal itu kami ingin membagikan saran bahwa dalam memilih tempat untuk kegiatan harus memiliki kriteria yang ketat dan skala prioritas yang jelas. Hal itu agar agenda yang sudah direncanakan berjalan dengan lancar dan barakah.
Salam HTI cabang Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar