Visit Tidore Island - Bertamu ke Tanah Sultan

Tidore dari Pulau Mare. Instagram : @sevendrone
Layaknya seorang tamu, kita harus menghormati tuan rumah. Menjaga keamanan, ketertiban dan tidak buang sampah sembarangan adalah salah satu cara bagaimana kita menghormati tuan rumah. Rasa memiliki tanah yang punya banyak cerita ini tentu perlu dijaga dan tetap dipupuk. Buatku Tidore itu seperti seorang kakek yang suka bercerita kepada cucu-cucunya. Merawat kenangan masa lalunya yang gemilang.

CERITA SEBUAH NAMA
Pada masa lalu, sebelum nama Tidore, pulau ini dikenal dengan nama Kie Duko, yang berarti pulau yang punya gunung api. Secara topografi, terdapat gunung di Tidore yang disebut gunung Mar'ijang. Adalah salah satu gunung tertinggi di kepulauan Maluku. Gunung Mar'ijang sekarang sudah tidak aktif hingga pulau aman untuk menjadi tempat pemukiman.
Rum Tidore. Instagram: @dhe_gea


Nama Tidore sendiri dalam sebuah legenda masyarakat setempat adalah nama yang diberikan oleh Syekh Yaqub. Salah seorang yang ikut dalam rombongan utusan dari Kekhalifahan Abbasyiah di Bagdad. Tidore adalah bahasa arab dengan dialek Irak Tadhore yang berarti “kamu datang”. Kisahnya, sering terjadi pertikaian antara Momole (kepala suku) saat itu dan setiap ingin melakukan perundingan damai selalu gagal. Syekh Yaqub yang datang saat itu menjadi penengah dengan memfasilitasi perundingan yang disebut Togorebo dalam bahasa lokal. Perundingan dilakukan di kaki gunung Mar'ijang dengan kesepakatan siapa yang paling cepat sampai ke tempat yang sudah ditentukan dialah pemenangnya.




Pada hari yang sudah disepakati, di kaki gunung Mar'ijang terjadi pertikaian karena para Momole datang bersamaan. mereka yang sama-sama bersikeras dan tidak mau mengalah selalu meneriakkan kata To Ado Re. Tak lama kemudian Syekh Yaqub juga sampai dan mendengar teriakan para Momole “To Ado Re” “To Ado Re”. Berusaha untuk menenangkan dan menengahi pertikaian, Syekh Yaqub mengatakan Anta Tadhore (kamu datang) kepada para momole dan mereka pun sepakat berdamai. Terlepas dari kebenaran legenda tersebut, kita bisa mengerti bahwa Tidore itu lahir dari mereka yang mulai bersatu. Kita kenal nama Tidore hingga saat ini bahkan menjadi nama sebuah Kesultanan besar.
AROMA REMPAH YANG MEMIKAT


Jauh sebelum orang Belanda datang ke Tidore, para pelaut Portugis, Spanyol dan Inggris sudah terlebih dahulu mencium harumnya aroma rempah. Mereka datang untuk memperebutkan satu komoditas dagang yang langka, Rempah. Tome Pires sempat menggambarkan dalam tulisannya The Suma Oriental. Sebuah catatan perjalanan pelayaran melintasi dunia.
Tuhan menciptakan Timor untuk kayu cendana, Banda untuk Pala, serta Maluku untuk Cengkih. Barang-barang ini tak ada di tempat lain di dunia ini kecuali di tempat tadi.

Magnet Rempah memang memikat bagi orang Eropa. Aroma wangi cengkih, pala, kayu manis, cendana sangat memikat dan tentu bernilai tinggi. Karena rempah adalah biji sakti di eropa. Perlombaan untuk mendapatkan rempah ini pun dimulai.

Orang Eropa pertama yang sampai ke Tidore, Giles Milton menyebutkan tahun 1501 dalam bukunya Pulau Run, adalah orang Portugis. Benteng Tahula sebagai sebuah catatan yang masih tersisa tetap berdiri kokoh di Tidore.

Kemudian sebuah catatan mengesankan saat datangnya Spanyol ke Tidore ditulis oleh Antonio Pigafetta saat ia bersama Megafellan, Kapten kapal Spanyol, tahun 1521. Ia menuturkan “angin beraroma rempah, kapten merasa tujuan sudah dekat, ia begitu gembira sehingga air mata bahagia menetes dari kedua matanya. Kapal-kapal kini mulai mendekat dan menuju kawasa paling utara kepulauan rempah, memandang puncak gunung api yang tertutup pohon cengkih pada pekan pertama november 1521”.
Benteng Tahula. Instagram @sevendrone
Rempah memang memikat orang Eropa. Setelah Portugis dan Spanyol menyelesaikan misi mereka. Kemudian Inggris juga tertarik dengan aromanya. Sir Francis Drake direstui oleh Ratu Elisabeth I untuk melakukan perjalanan dagang ke Hindia Timur, Pulau Rempah. Mereka membawa banyak rempah yang mereka dapatkan di Pulau Ternate. Belanda pun juga ikut dalam perlombaan ini. Sebuah armada kapal sudah dipersiapkan dengan serius dan merekapun mulai berangkat. Tapi kedatangan Belanda dengan consorium internasional bernama VOC merupakan mimpi buruk tidak hanya buat Tidore tapi juga kepulauan Maluku.

ASSALAMUALAIKUM SULTAN
Tidore sejak kedatangan Belanda seperti mati suri. Menjadi anak yang terus menysusu pada VOC. Ini jelas adalah sebuah kemunduran. Perang saudara, pemberontakan dan lepasnya wilayah pesisir adalah sebagian mimpi buruk Tidore.

Awalnya dianggap sebagai hal lumrah untuk bekerjasama perdagangan dengan VOC. Selama masyarakat tetap dapat beraktifitas seperti biasa, selama itu juga hal itu dianggap lumrah. Tapi Tidore tidak akan terus menjadi anak-anak. Hingga tiba masanya mulai tumbuh dan sadar bahwa mereka hanya di-nina bobo-kan VOC. Jou Barakati itu adalah Paduka Sri Sultan Saidul Jihad Muhammad Nabus Amiruddin Syah Kaicili Parang atau lebih dekenal dengan Sultan Nuku.
Sultan Nuku. wikipedia.org
Nuku bukan anak VOC. Ia menentang semua bentuk kerjasama yang telah belangsung lama dengan VOC yang sangat menyengsarakan rakyat. Bagaimana tidak, VOC tidak segan membunuh bahkan membakar pohon cengkih dan rempah lainnya demi tercapai keinginannya. Nuku menolak patuh atas perjanjian baru antara Tidore dan Gubernur Cornabe di Fort Oranye, pada 17 Juli 1780. Perjanjian baru tersebut, mengubah status Kesultanan Tidore dari tuan rumah menjadi tamu di negeri sendiri.

Hal yang sangat jelas dari perjanjian itu adalah Tidore yang sangat dirugikan. Semua bentuk hubungan luar negeri kesultanan Tidore putus. Segala bentuk surat-menyurat harus melalu persetujuan VOC. Tidak hanya itu, Sultan harus menyampaikan upeti tahunan ke Gubernur Jenderal VOC di Batavia.

Disebuah tempat bernama Patani, Nuku mulai menyusun kekuatan. Nuku memiliki strategi yang luwes juga dikenal cakap dalam melakukan diplomasi namun tetap tanpa kompromi. Nuku melakukan diplomasi, melintasi perairan kepulauan maluku hingga ke wilayah Raja Ampat Papua Barat. Diplomasi Nuku juga dilakukan hingga ke Bangla menjalin kerjasama dengan Inggris untuk membantu perjuangannya. Tak ayal jika dikatakan bahwa kemampuan diplomasi ini dianggap melebihi zamannya.

Perjuangan panjang Nuku selama hampir 16 tahun tanpa lelah membuahkan hasil. Tidore, Ternate, Seram bagian timur, daerah Gamrange, hingga Raja Ampat, berhasil disatukan. Pada tahun 1796 berhasil mengambil kendali Jailolo dan mengangkat kembali kekuasaan raja. Tahun berikutnya, tepatnya 21 Maret 1797 berhasil merebut Bacan dari Belanda dan dengan mudah mendapatkan tahta Tidore pada tahun yang sama. Sepertinya perjuangan ini bukan untuk tahta Tidore saja. Jauh dari itu Sultan Nuku menancapkan misi besar untuk mengusir Belanda dari tanah Maluku. Misi ini nyaris bisa dikatakan sempurna, Sultan Nuku bersama dengan bantuan Ingrris menyerang Ternate yang bersekutu dengan Belanda. Pengepungan dan penyerangan akhirnya membuahkan hasil. Belanda menerima gencatan senjata pada 20 Juni 1801. perjuangan selama dua puluh tahun yang melelahkan mendapatkan hasil yang gemilang.

Sultan Nuku adalah salah satu sultan Tidore untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun mampu meletakkan syarat-syarat tertentu dalam sebuah perjanjian dengan Belanda. Gencatan senjata yang dilakukan tidak hanya mengukuhkan kembali kekuasaan Tidore. Namun secara eksplisit mengatakan bahwa Belanda harus mulai belajar menjadi tamu yang baik.

Di akhir tulisan ini aku ingin mengutip sebuah tulisan Farquhar yang dikutip oleh Leonard Y. Andaya dalam Bukunya Dunia Maluku.
Pada 12 November 1801 Newco (Nuku) dengan Khusuk dinobatkan sebagai sultan Tidore di Benteng Oranye, sebuah penghargaan yang ia dapatkan berkat perangnya melawan Belanda selama dua puluh tahun. Ini adalah sebuah kepuasan yang tak dapat dilukiskan oleh seorang pria tua berusia enam puluh enam tahun, yang dibuat tua oleh penganiayaan dan kesulitan yang terus menerus dihadapinya, untuk tetap menyelesaikan tujuan kesayangan hatinya sebelum ajal menjemput, dan cerminan atas rasa puas yang tak pelak lagi banyak menyumbang bagi sebuah pemandangan mengenai kebahagiaan hari-hari di masa tuanya. Dan dengan penuh hormat mengucapkan terimakasih yang luar biasa kepada Inggris”
dengan penobatan ini sungguh benar kiranya bahwa Tidore lahir (kembali) dari mereka yang mulai bersatu.
Sunset dari Mareku Tidore. Instagram : @dhe_gea
*tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog Visit Tidore Island


Sumber:
Tome Pires, The Suma Oriental, London: Glasgow University Press 1944
Giles Milton, Pulau Run Magnet Rempah-rempah Nusantara yang Ditukar dengan Manhattan. Tangerang: Alvabet 2015
Leonard Y. Andaya, Dunia Maluku Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal, Yogyakarta: Ombak 2015

Tags :

3 komentar:

  1. Sunsetnya kece abis. Seumur-umur aku belom pernah ngeliat sunset sekece itu, apalagi secara langsung.

    omnduut.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari ke Jogja omnduut. Sunset dari candi juga bagus.

      Hapus