Merdeka dan Secangkir Kopi

Merdeka dan Secangkir Kopi


Oleh : A.S. Sonhaji

Terasa aneh ketika mendengar judul di atas. bagaimana menghubungkan kedua kata tersebut jika dibandingkan dengan “Merdeka dan mati” yang sudah tentu kaitannya. Kemerdekaan indonesia yang berumur 70 tahun dan juga sudah dipimpin oleh 7 presiden adalah hasil perjuangan para pahlawan yang gugur di medan perang dan tentu antara merdeka atau mati. Lalu bagaimana dengan kopi?
Kopi : kultur dan ekonomi
Pada awalnya kopi hanyalah minuman biasa yang digunakan oleh para pedagang arab untuk menambah stamina dan tangih saat berdagang. Beriringan dengan itu, bangsa arab tidak hanya meminumnya tapi juga menjadi komoditas dagang. Kopi mulai menyebar menuju asia kecil Turki pada masa ke Kaisaran Ottoman dan masuk hingga eropa. Dan setelah itu muncullah Ngopi dan entah dalam istilah bahasa lain.

Kurang tau sejak kapan Ngopi muncul menjadi istilah. Tetapi saat ini kata Ngopi dipahami tidak sekedar minum dan menikmati secangkir kopi. Kita bias menikmatinya dari kedai warung kopi, café atau yang seperti Starbuck. Tapi makna yang muncul ketika kata Ngopi disuarakan adalah berkumpul bercengkrama dan ngeobrolin banyak hal, mulai dari akademik, politik hingga hal yang romantis. Saya rasa semua orang setuju dengan itu, menikmati kopi dengan cerita dan bumbu tawa merupakan hal yang biasa didengar. Membicarakan keilmuan bahkan hingga gerakan politik yang serius. 
Saya pernah membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa ketika Raja Charles II di Inggris mulai khawatir dengan posisinya ia pernah mengintrusikan untuk menutup semua kedai kopi yang ada di London. Tuduhan utama yang dilancarkan karena dianggap sebagai tempat menyusun rencana makar melawan kerajaan. Di Indonesia sendiri warung kopi pernah digunakan dalam perundingan antara NKRI dan GAM sebelum dilakukan di Helsinki. Catatan sejarah mengatakan bahwa Ibnu Sina adalah Ilmuan pertama yang meneliti biji kopi secara ilmu medis. Tiga hal ini cukup bagi saya dan mulai merasa bahwa kopi dan ngopi tidak hanya sekedar sruput dan tinggal ampasnya saja.
Ngopi menjadi saat dimana kita bisa membicarakan apapun tanpa batasan apapun dengan santai dan ringan. Permasalahan politik yang rumit, akademik hingga romantisme yang jlimet bisa ringan dengan sruputan kopi. Suasana itu bisa kita rasakan hingga saat ini. Saat orang sudah mengenal smartphone. informasi pun sudah lebih cepat dan mudah kita dapatkan apalagi setelah wifi mulai diperkenalkan di warung-warung kopi. warung kopi pun  kian populer dari warnet dengan tawaran akses kecepatan Mpbs. Zaman yang sudah smart membuat warung kopi disibukkan dengan smartphone dan gedget disetiap sudut dan inilah Smart kafe(Walaupun saya tidak mengatakan yang lain adalah Stupit Kafe). Aroma kopi dan nikmatnya air hitam pun berganti dengan layar kaca. obrolan kini beralih dalam dunia "PING". 
Sebenarnya sederhana, hal yang seperti itu mudah diatasi. Pesanlah kopi hitam dan tambahkan gula sesuai selera. jangan lupa, sebagian pakar kopi menyarankan untuk mengaduknya agak lama hingga bubuk kopi dan gula bisa benar-benar menyatu dan satu lagi, cobalah cium aromanya sebelum meminumnya, itu bisa menambahnya kenikmatannya, setidaknya buat saya sendiri. sampai tulisan saya disini sayapun belum tau apa hbungannya dengan Merdeka. Tapi mari sejenak tinggalkan gedgetmu dan sruputlah kopimu begitulah merdeka menurutku.


Salam Sruput.

gambar dari mulaisekarang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar