Belajar dari Perjalanan | Candi Ijo (Part 1 of 2)

Belajar dari Perjalanan | Candi Ijo (Part 1 of 2)


Jogja identik dengan Malioboro, Kraton, Gudek, Angkringan, Kopi Jos. Penamaan yang lekat dengan jogja ini adalah ekspresi dari yang sebenarnya belum cukup digambarkan. Bumi Mataram yang memiliki luas 3.185,80 km2 tentu masih memiliki banyak rahasia yang terseimpan dari keindahan alamnya.
Bagi kami Jogja adalah Bahasa Rindu. Oleh karena itu, angkat ransel adalah cara kami menikmatinya. Waktu yang tak begitu banyak dan sedikit luang ini kami sempatkan untuk berangkat menikmati Jogja. kali ini aku tidak sendiri, aku ajak Fairiyadi, Habibi dan Syairfur bersama teman-teman lainnya ke sebuah tempat di dataran tinggi Yogyakarta yang memiliki peninggalan bersejarah. Candi Ijo adalah tujuan kami kali ini.
Perjalanan menjadi lebih seru dan rame bukan hanya karena banyak teman, awan yang sudah mulai menggelap dihadapan manjadi cobaan perjalanan disaat persediaan mantel yang tak terbawa.
Perjalanan adalah sebuah pelajaran dimana semua harus dipersiapkan dan dihadapi. tekat adalah peajaran pertama yang saya dapatkan bahwa perjalananharus diselesaikan bagaimanapun akhirnya.
Baca juga: Nyeletuk Pembawa Nyasar
Perjalana ini sedikit meleset dari prediksi. Cuaca yang terang semakin menggelap serasa rem yang memaksa kami berhenti sejenak disebuah warung pinggir jalan, kami menikmati nasi ala angkringan, gorengan dan segelas teh hangat. saat itu juga kenginan mulai dipertanyakam antara lanjut dan kembali di tengah perjalanan.

Bagi penikmat jalanan seperti kami perjalanan punya bumbu yang harus dinikati. dorong motor habis bensin, kehujanan adalah sebagian cara bagaimana perjalanan itu bisa bermakna. Perjalanan sekitar 1 jam kearah timur dari pusat kota jogja melewati jalan arteri yang ramai hingga masuk jalan desa dengan landscape bukit hijau hamparan sawah adalah bonus dari sebuah perjalanan bagi orang seperti kami yang saban hari hidup di kebisingan kota. tapi perjalanan tidak akan sia-sia karena perjalanan ada adalah belajar. Ini adalah salah satu alasan mengapa kami beri judul Belajar dari perjalanan.
Baca juga: Belajar dari perjalanan Part 2

Tags :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar