Lebih Baik Sombong - catatan obrolan malam
Malam sudah menggelap bergerak ke jam 9 malam. tapi entah kenapa kopi robusta yang aku buat masih eman untuk ditinggal tidur. mata yang belum bisa beranjak seperti cuek akan panggilan bantal di pojok kamarku yang berantakan pas disamping rak buku yang juga berantakan.
aku punya alasan mengapa aku tidak sering merapikan barang dikamarku. "toh entar kacau lagi" pikirku begitu. tapi begitulah memang adanya. setiap selesai merapikan kamar yang biasa aku lakukan setiap minggu akhir pas libur kuliah tak lama setelahnya entah mengapa akupun tak sadar pasti mulai berantakan lagi. kadang aku juga merasa bingung sendiri ketika barang-barang yang sudah aku rapikan tiba-tiba aku butuhkan. mencari dimana barang itu aku letakkan saat aku beresin kamar. seperti apologi memang, tapi ya begitulah memang.
malam itu sebenarnya aku juga lagi menunggu temanku untuk ambil HP yang dia pasrahkan kepadaku untuk di ganti LCD. bingung juga awalnya karena sebenarnya aku tak punya peralatan dan tak pengalaman bongkar Smartphone sebelumnya. tapi ya tidak ada salahnya mencoba walaupun alhamdulillah berhasil dan bekerja normal. hahaha sempat khawatir juga takut tidak nyala dan kelebihan baut. hahahaha
"assalamualaikum" suara itu terdengat dari belakang pintu kamarku. suara sepeda motor tak yang biasa aku dengar di kosku. "waalaikumsalam, masuk" temanku datang namanya arif. temanku ini yang memberiku kopi rabusta oleh-oleh dari rumah mertua katanya dari Jember sana. sejenak aku mau tawari dia Kopi Ijen tapi aku ingat kalo dia tidak suka kopi. ya cukup aku ambilin air putih saja, eh air bening hihihi. (sori bro😁)
"kamu dateng ke seminar Prof nadirsyah?" pertanyaan ini menjadi semacam kata pengantar dan obrolan pun berjalan santai. dari hal yang ringan berencana berencana berkunjung ke tempat teman yang baru mempersunting perempuan pujaannya hingga ke masalah agak berat, filsafat, politik dan entah apa lagi aku pun lupa. saling berbagi hasil bacaan buku, hasil ikut seminar dan hasil-hasil lainnya. obrolan seperti ini buatku menyenangkan. kebetulan temanku ini juga seorang bisnisman muda menggarap pasar buku online @secangkirbuku jadi bisa dimaklum kalau wawasannya lebih luas dari pada aku yang lebih berteman dengan bantal.
Sempat kami membicarakan isu HTI yang lagi hangat di Media. Temanku ini bercerita tanggapan Prof. Nadirsyah dalam seminar yang ia ikuti.
"pak Nadir komentarnya simpel. Saat HTI dibubarkan dia berlindung atas nama Pancasila dan UUD 45. emang orang HTI percaya/mengakui Pancasila?".
cukup simpel kan. hampir sama denan peristiwa pembakaran karangan buka di Balaikota Jakarta saat aksi demo di hari buruh kemarin. Karangan bunga dibakar hingga mengepul asap, eh pas hujan malah dijadikan payung buat pelindung. hahahaha haduh2
Lebih Baik Sombong
Tak terasa Obrolan kami sampai jauh dan macam hal hingga sedikit ke Pilkada Jakarta. Tetapi kita tak membicarakan para petarungnya, tapi lebih pada hal dibelakang mereka dengan menduga-duga. maklumlah kita bukan pakar professional. temanku bercerita tentang penilaiannya pada Prab*w* berdasar hasil pengamatannya. Menurut temanku ini. ia adalah sosok yang sering menjatuhkan orang lain saat berbicara untuk mengangkat dirinya. dia suka menjatuhkan karakter orang lain. temanku ini tidak suka yang begini ini. hingga temanku bilang begini
"Ngluruk tanpa bala,
(Menyerang tanpa pasukan)
menang tanpa ngasorake,
(Menang tanpa Merendahkan)
sugih tanpa raja brana,
(kekayaan tanpa kemewahan)
sekti tanpa aji"
(sakti tanpa ajian)
"kamu dateng ke seminar Prof nadirsyah?" pertanyaan ini menjadi semacam kata pengantar dan obrolan pun berjalan santai. dari hal yang ringan berencana berencana berkunjung ke tempat teman yang baru mempersunting perempuan pujaannya hingga ke masalah agak berat, filsafat, politik dan entah apa lagi aku pun lupa. saling berbagi hasil bacaan buku, hasil ikut seminar dan hasil-hasil lainnya. obrolan seperti ini buatku menyenangkan. kebetulan temanku ini juga seorang bisnisman muda menggarap pasar buku online @secangkirbuku jadi bisa dimaklum kalau wawasannya lebih luas dari pada aku yang lebih berteman dengan bantal.
Sempat kami membicarakan isu HTI yang lagi hangat di Media. Temanku ini bercerita tanggapan Prof. Nadirsyah dalam seminar yang ia ikuti.
"pak Nadir komentarnya simpel. Saat HTI dibubarkan dia berlindung atas nama Pancasila dan UUD 45. emang orang HTI percaya/mengakui Pancasila?".
cukup simpel kan. hampir sama denan peristiwa pembakaran karangan buka di Balaikota Jakarta saat aksi demo di hari buruh kemarin. Karangan bunga dibakar hingga mengepul asap, eh pas hujan malah dijadikan payung buat pelindung. hahahaha haduh2
Foto sisipan biar gak bosen bacanya. :) |
Tak terasa Obrolan kami sampai jauh dan macam hal hingga sedikit ke Pilkada Jakarta. Tetapi kita tak membicarakan para petarungnya, tapi lebih pada hal dibelakang mereka dengan menduga-duga. maklumlah kita bukan pakar professional. temanku bercerita tentang penilaiannya pada Prab*w* berdasar hasil pengamatannya. Menurut temanku ini. ia adalah sosok yang sering menjatuhkan orang lain saat berbicara untuk mengangkat dirinya. dia suka menjatuhkan karakter orang lain. temanku ini tidak suka yang begini ini. hingga temanku bilang begini
"lebih baik sombong dari pada kita menang dengan menjatuhkan orang lain".catatan ini aku kasih dengan huruf tebal karena aku suka dengan hasil simpulan yang ia ungkapkan dalam quote ini dan mengingatkan aku pada macapat jawa dari RM Sosrokartono
"Ngluruk tanpa bala,
(Menyerang tanpa pasukan)
menang tanpa ngasorake,
(Menang tanpa Merendahkan)
sugih tanpa raja brana,
(kekayaan tanpa kemewahan)
sekti tanpa aji"
(sakti tanpa ajian)
Dalem banget cak, lebih baik sombong drpada menang dgn menjatuhkan org lain 😊 jd refleksi diri sendiri kalau jangan sampai menjatuhkan org lain demi mendapatkan hal yg kita inginkan. . Dan semoga terhindar dr sifat sombong. Aamiin 😊😊
BalasHapusamiin mbak Lucky. btw terimakasih sudah mampir
Hapussuka banget sama tulisannya.memberikan pelajaran untuk diri sendiri supaya tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
BalasHapusmakasih mbak Larasati saya suka quote nya
Hapus"tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan"
Yaa.. Udah ga asing lagi. Jaman sekarang banyak yang seperti itu. Melakukan segala cara agar menang, termasuk menyerang menggunakan isu SARA. Yang jelas2 sangat menjatuhkan lawan main..
BalasHapusisu kayak gitu sudah primitif (harusnya) di Bhineka Tunggal Ika ya mas Zul :)
HapusDalem banget, jleb gituloh
BalasHapusJarang nih ketemu artikel yang gak memecah belah NKRI.. Mantab sob! Dalem bener!
BalasHapusBtw, salam kenal ya! mampir balik juga kalo berkenan ehehe :D
-jevonlevin.com
salam kenal mas Jevon terimakasih sudah mampir.
HapusHadits Rasulullah, Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.
BalasHapussama kayak prinsip hidupnya Gharuk 3 tahun lalu, saat dia mendapatkannya dari ilham berupa secangkir kopi agm
BalasHapusAGM dan sebuah prinsip hidup. judul lanjutan tuh. tulis Ver
Hapushaloo cak shoheb ... ��
BalasHapusmenarik untuk dibaca buat orang seperti saya yg tidak suka membaca karna membosankan hehee
penasaran sama judulnya akhirnya terjebak baca sampai selesai ��
halo juga Mbak Aisyah. makasih sudah membaca. semoga tidak bosan bacanya.
Hapus