Masjid Taqwa Wonokromo
Sejarah Berdirinya
Masjid Wonokromo berdiri pada tahun 1775 Masehi dengan
sengkalan “Nyoto Luhur Pandhito Ratu” 1682 tahun jawa.Didirikan oleh K. H.
Muhammad Fakih alias kyai Welit. Didirikan di atas tanah perdikan anugerah dari
Sultan Hamengku Buwono I, setelah K. H Mohammad Fakih diangkat sebagai Penghulu
Kraton.Tanah Perdikan ini masih berupa hutan (alas) yang penuh dengan pohon awar-awar, maka terkenal dengan sebutan alas awar-awar.Atas kesyukuranya
dianugerahi tanah itu, K. H Mohammad Fakih lalu mendirikan masjid di ujung
tenggara alas awar-awar itu. Ketika meresmikan
pendirian masjid yang masih sangat bersahaja dan sesederhana itu, Sultan lalu
memberikan nama alas awar-awar itu dengan
nama :
Wa an-na
karoo-maa dengan arti “supaya benar-benar mulya”
dengan harapan supaya penghuni kampong ini nantinya benar-benar mulya karena
pada beribadah kepada Allah.
K. H Muhammad Fakih alias kyai Welit
alias kyai Seda Laut. K. H Muhammad Fakih disebut dengan sebutan Kyai Welit
karena pekerjaan sehari-harinya membuat welit,
yaitu atap rumah yang dibuat dari daun ilalang (alang-alang). Selesai membuat welit,
lalu ditumpuk begitu saja, sebab welit
ini tidak dijual, tetapi diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan.
K. H. Muhammad Fakih juga disebut Kyai Seda Laut (meninggal
di laut) karena sepulang dari tanah suci pada tahun 1757, kapal yang ditumpangi
karam di selat Malaka.Kyai Muhammad Fakih karam dilaut, sedang putranya K.H.
Abdullah terdampar di selat Malaka.
Perkembangan
Bentuk Bangunan Masjid
B
|
entuk bangunan masjid (arsitektur masjid) pada saat
masjid ini di dirikan, bangunan induk masjid dalam bentuk kerucut (lancip)
dengan mustaka dari kuwali yang
terbuat dari tanah liat. Sedang bangunan serambi
berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan bangunanya dari
bambu, atapnya dari welit.Dindingnya
dari gedhek.
Tempat
wudlu terbuat dari padasan, yang ditempatkan di halaman masjid di sebelah utara
dari selatan.Ada dua sumur da nada pohon randu untuk tempat senggot untuk menimba air.
Bentuk bangunan serta bahan bangunan tak pernah berubah
dalam kurun waktu yang sangat lama, sampai pada tahun 1867 Masehi pada periode
K.H Muhammad Fakih II, baik atap bangunan maupun tembok ada sedikit perubahan
dengan atap bangunan diganti genteng dari tanah liat, tembok dari batu bata
yang direkatkan dengan tanah liat, lantai yang dibuat dari komposisi aci dari
gamping dan tumbukan bata merah dan pasir.
Pada awal berdirinya, bentuk masjid masih sangat
sederhana dan apa adanya. Serambi masjid berbentuk limasan, sedang bangunan masjid berbentuk
kerucut. Bentuk bangunan ini sampai dengan tahun 1867 M. pada tahun ini oleh
K.H. Muhammad Fakih II, bentuk bangunan masjid dibongkar diganti dengan bentuk
atap tumpang.Sedang bangunan serambi tetap berbentuk limasan.Dipuncak atap
tumpang, mustoko yang dulu hanya dari
kuwali yang dibuat dari tanah liat
kemudian diganti dengan bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nagka.Tidak hanya
bentuk bangunanya yang dirubah oleh K.H Muhammad Fakih II, kerangka yang semula
bambu diganti dengan kayu nangka dan sebagian dengan kayu gelugu.Tembok yang
semula hanya dari gedhek (anyaman
bambu) diganti dengan batu bata yang direkatkan dengan tanah liat yang
diplester dengan adukan aci gamping dengan tumbukan bata dan pasir.Demikian
lantainya dibuat dari bata yang ditata lalu diplester dengan adonan seperti
membuat tembok.
Pada masa K.H Muhammad Fakih II, ruangan di dalam masjid
didalam di sisi kiri dan kanan bangunan masjid atau sebelah utara dan sebelah
selatan ruangan masjid dibuat ruangan untuk jama’ah sholat bagi orang-orang
putri yang disebut pawastren. Tempat
berwudhu yang semula dari padasan dibuat kolam didepan serambi masjid.Air
dialirkan dari sungai Belik.
Pada tahun 1958, bangunan masjid kembali dibongkar.Bentuk
bangunan masjid dengan bentuk atap tumpang tetap dipertahankan, malah ditambah
dengan gulu melet sebagai penyela antara atap tumpang sebelah atas dan atap
tumpang sebelah bawah.Bangunan serambi masjid diperluas.Kolam tempat wudlu
diurug (ditimbun) tanah dijadikan halaman masjid.Tempat wudlu dibuat kulah yang ada disisi utara dan selatan
serambi masjid.Pawastren tempat
jama’ah sholat untuk orang-orang putri tetap dipertahankan.Bangunan masjid
diganti tembok yang disemen.Empat tiang utama di dalam masjid diganti dengan
batang kayu jati.Gulu melet diberi
kaca bening, sehingga suasana di dalam masjid menjadi terang.Tempat khotib
dibuatkan rumah-rumahan semacam gazebo ukuran 2X2 m. Demikian untuk serambi ada
beberapa tiang daric or beton dan di dalam serambi tiang dibuat dari balok kayu
jati. Didepan serambi dibuat konopi (kuncungan)
Lantai baik untuk ruangan masjid atau serambi
diganti dengan tegel. Di dalam ruangan masjid tegel dibuat warna warni dengan
corak ornament kembang-kembang. Pembangunan masjid ini atas biaya dan dana dari
H. Prawito Suwarno alias Tembong dari Kotagede.
Tahun
1976 M Mustoko dalam bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka,
diganti dengan mustoko dalam bentuk bawangan
yang dibuat dari alumunium dengan yang lebih besar
Pada tahun 1986 M, masjid dapat Banpres (Bantuan
Presiden) sejumlah Rp. 25.000.000,-. Karena kondisi masjid baik dari kayu
penyangganya sudah banyak yang lapuk karena bocor setiap kali hujan akibat
konstribusi bangunan yang dibuat kurang baik, dan sudah tidak muat lagi
menampung jama’ah pada saat jum’atan, maka bangunan masjid atas izin tertulis
dari Kraton, istilah pada saat itu mendapat palilah
dalem, maka bangunan masjid dibongkar dan diperluas.
Bantuan Presiden yang biasanya dikirim atau diserahkan
langsung dan biasanya ada potongan-potongan, maka untuk bantuan masjid ini
diambil langsung kepada bapak H. Zahid Husein, yang dipimpin oleh bapak K.H
Makmun, dengan di dherek-ke bapak
Moh. Da’in Santoso, bapak Drs. Munawir, bapak Moh. Wasul Baii, maka bantuan
kali ini tidak potongan sepeserpun, walau dengan konsekwensi ada efek samping.
Bangunan masjid dibangun dengan total konstruksi beton
bertulang, dengan rancangan gambar yang dibuat dan dirancang oleh insinyur
bangunan, dengan tidak meninggalkan arsitektur masjid corak Jawa Yogyakarta.
Hal ini juga memenuhi dhawuh dalem
jangan meninggalkan corak kejawaannya, yang tertuang dalam suratpalilah dalem. Termasuk dalam pemilihan
warna catnya antara komposisi hijau, kuning, merah dan kuning emas (prodo)
karena ada nilai filosofisnya, dengan ornament dengan corak Jawa Yogyakarta.
Ada catatan yang menarik, pada saat itu akan dibuat menara dari konstruksi
beton. Tetapi dari kraton tidak
mengizininkan karena corak masjid di Yogyakarta itu tidak ada menaranya.
Pada tahun 2003 M, masjid ini mendapat bantuan
pengembangan masjid dari Dinas Pariwisata Yogyakarta, kemudian dibangun gedung
pertemuan yang terleta diutara serambi masjid.Kulah dibikin simetris antara
kulah disebelah utara serambi masjid dan di sebelah selatan serambi masjid. Ada
penambahan bangunan kanopi (kuncungan)
dan dihidupkanya kolam di depan di sisi kiri dan di sisi kanan serambi masid.
Juga penyempurnaan dapur untuk memasak air pada saat dilaksanakan hari-hari
besar Islam di masjid.
Nama Masjid Taqwa
S
|
ejak masjid ini didirikan oleh K.H Muhammad Fakih, masjid
tidak ada namanya, hanya terkenal dengan sebutan Masjid Wonokromo . pada saat
masjid ini kepengurusanya dipegang oleh K.H Makmun masjid diberi nama Masjid
Taqwa, bukan masjid At-Taqwa. Ada
argument yang diberikan oleh K.H Makmun kenapa nama masjid Masjid Taqwa
bukan At-Taqwa. Kata Taqwa
adalah bentuk isim nakiroh, yang
mengandung pengertian umum untuk siapa saja, siapa saja dari tingkatan kyai
sampai dengan tingkatan orang awam sekalipun boleh beribadah taka da beda
antara siapapun. Termasuk yang boleh masuk ke masjid tidak hanya warga
Wonokromo saja, tapi warga di luar Wonokromo pun boleh masuk ke masjid ini.
Lain apabila dengan kata at-taqwa
dalam bentuk isim ma’rifah, yang
mengandung pengertian khusus, bahwa yang boleh masuk ke
masjid ini hanya para kyai saja. Atau orang-orang yang sholih saja yang berarti
orang awam tidak boleh masuk ke masjid ini.Atau masjid ini hanya khusus untuk
warga Wonokromo saja, orang di luar Wonokromo tidak boleh masuk ke masjid ini.
Ada upacara yang dilakukan dalam peresmian nama dengan
membuka selubung papan nama yang dilakkukan oleh K.H. Makmun, selubung papan
nama Masjid Taqwa pada saat itu digantung di kanopi (Kuncungan) di
serambi masjid.
Sepeninggal K.H. Makmun (wafat hari Selasa Wage, tanggal
2 Mei 1990), kepengurusan masjid diberi nama Takmir Masjid yang diambil dari
kata ta’miirul masajid. “innama ya’muru masaajidallahi ... al-ayah” (Surat
at-Taubah (9) ayat 18).
Kepengurusan takmir Masjid
Taqwa Wonokromo setelah K.H. Makmun wafat dijabat oleh K.H. Moh. Syifak.
Masyarakat menginginkan supaya K.H. Moh Syifak menjabat sebagai ketua takmir
sampai akhir hayatnya, akan tetapi beliau tidak menghendaki yang demikian.
Akhirnya jabatan masa bhakti kepengurusan takmir termasuk jabatan ketua takmir
dibatasi selama tiga tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar